Sabtu, 12 Maret 2016

Tugas Analisis Materi Proklamasi Kelompok 11



1)      Sambutan rakyat Indonesia terhadap proklamasi.
                 
                          Setelah berhasil merumuskan teks proklamasi Ir. Soekarno berpesan kepada para pemimpin yang bekerja pada pers dan kantor berita, terutama B.M. Diah untuk memperbanyak teks proklamasi dan menyiarkannya keseluruh dunia. Sewa alat komunikasi yang ada dipergunakan untuk menyebarluaskan berita proklamasi. Pada tanggal 17 Agustus 1945 teks proklamasi telah sampai ditangan Kepala Bagian Radio Kantor Waidon B. Polenewen dari seorang wartawan Donei yaitu Syahrudin. Untuk itu kemudian F. WUz (seorang markonis) menyiarkan berita proklamasi berturut-turut setiap setengah jam sampai pukul 16.00 saat siaran berhenti walaupun dilarang oleh pihak Jepang. Sedangkan pucuk pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita proklamasi dan menyatakan sebagai kekeliruan. Pada tanggal 20 Agustus 1945 pemancar radio disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang masuk. Para pemuda akhirnya membuat pemancar baru dengan bantuan beberapa orang teknisi radio yang diambil dari Kantor Berita Domci. Di Menteng 31 para pemuda berhasil merakit pemancar baru dengan kode panggilan DJKI.
                          Selain melalui siaran radio berita proklamasi juga disiarkan melalui surat kabar. Diantaranya “Suara Asia” yang di Surabaya dan “Cahaya” di Bandung.
                  Dalam menyambut Proklamasi kemerdekaan Indonesia, rakyat mengartikan bahwa bangsa Indonesia telah bebas dari penjajahan, oleh karena itu hal-hal yang menyangkut tentang keamanan dan pemerintahan negara Indonesia itu menjadi tanggung jawab bangsa Indonesia sendiri. Untuk itu maka para pemuda berusaha mengambil alih kekuasaan dari tangan Jepang dengan sasaran :
- menduduki kantor-kantor pemerintah
- menurunkan bendera Hinomaru dan menggantikan dengan bendera Merah Putih.
- pencarian senjata dan lain-lain dan menjaga kemungkinan segala hal, yang ingin menggagalkan     kemerdekaan.
                  Rapat Raksasa di IKADA
                         
                          Pada tanggal 19 September 1945, rakyat Jakarta yang dipelopori oleh para pimpinan komite Van Aksi mengadakan rapat Raksasa di Lapangan Ikada dengan tujuan para pemimpin bangsa Indonesia dapat berbicara langsung dihadapan rakyat Indonesia. Rakyat telah siap menunggu perintah dan tugas-tugas selanjutnya dalam rangka mendukung dan mempertahankan Proklamasi Kemerderkaan Indonesia.Jepang yang sebelumnya telah diultimatum oleh sekutu, bahwa Jepang tidak boleh merubah status quo, maka Jepang akhirnya melarang dilaksanakannya rapat tersebut. Untuk menjaga supaya tidak terjadi bentrokan senjata antara bangsa Indonesia dengan prajurit Jepang yang telah menjaga ketat Lapangan IKADA, maka Ir. Soekarno hanya menyampaikan pidato singkat, tentang kepercayaan rakyat terhadap para pimpinan bangsa dan masa dipersilahkan untuk kembali dengan tertib dan tenang.
                          Hal ini merupakan suatu kenyataan bahwa rakyat dengan sadar berjuang pertahankan kemerdekaan yang makin lama semakin kuat dengan suatu tekad "Merdeka atau Mati". Rapat Raksasa di Lapangan Ikada hanya berlangsung beberapa menit, tetapi berhasil mempertemukan rakyat dengan pemerintah Republik Indonesia.
                          Di Jawa Tengah berita tentang Proklamasi diterima melalui siaran radio Domei yang kemudian dibawa oleh Syarief Sulaiman dan MS. Mintarjo ke gedung Jawa HOKOKAI yang saat itu sedang melaksanakan sidang dibawah pimpinan Mr. Wongso Negoro.
                           Insiden Bendera di Hotel Yamato
                          Di Surabaya, tanggal 11 September 1945 para pemuda mengadakan rapat umum di Pasar Turi dan dilanjutkan dengan perebutan senjata di markas-markas tentara Jepang di seluruh kota Surabaya. Tanggal 19 September 1945, terjadi insiden bendera di Hotel Yamato (Jl. Tunjungan Surabaya).
Penyebab : Orang Belanda bekas tawanan Jepang menduduki Hotel Yamato dibantu oleh personil RAPWI (Rehabilitation Allied Prisoners of War and Interness) dan mengibarkan bendera Belanda di puncak hotel tersebut. Para pemuda marah kemudian menyerbu hotel, bendera Belanda diturunkan dan dirobek birunya, untuk dikibarkan kembali sebagai bendera merah putih.
                 Di Yogyakarta, tanggal 5 September 1945, Sri Sultan Hamengku Buwono IX menyatakan bahwa kesultanan Ngayogyakarta sebagai Daerah Istimewa “Republik Indonesia”. Sejak saat itu para pegawai (bangsa Indonesia) dari instansi pemerintah maupun perusahaan Jepang mogok,  menuntut agar Jepang menyerahkan semua kantor kepada orang Indonesia.
                 Di Bandung, tanggal 9 Oktober 1945, terjadi bentrokan antara para pemuda dengan tentara Jepang ketika berusaha merebut pangkalan udara Andir dan pabrik senjata ACW (Artillerie Contruktie Winkel).
                 Di Makasar, tanggal 27 Oktober 1945 para pemuda bersatu padu menyerang obyek-obyek yang diduduki oleh NICA yang dibantu oleh Australia, sehingga serangan pemuda gagal.
                 Di Sulawesi Utara, pada tanggal 14 Pebruari 1946 pemuda KNIL yang tergabung dalam Pasukan Pemuda Indonesia (PPI) mengadakan gerakan di tangsi hitam, tangsi putih di Teling Menado dan juga menguasai markas Belanda di Tomohon dan Tondano.
                 Di Kutaraja (Banda Aceh), tanggal 6 Oktober 1945 para pemuda membentuk angkatan Pemuda Indonesia (API), mengibarkan bendera merah purih dan mengambil alih kekuasaan terhadap kantor-kantor milik Jepang.
                 Di Medan, berita tentang Proklamasi dibawa oleh Gubernur yaitu Teuku Moh. Hassan. Mendengar berita ini, segera para pemuda yang dipelopori oleh Achmad Tahir membentuk barisan Pemuda Indonesia, yang kemudian pada tanggal 4 Oktober 1945 berusaha mengambil alih gedung-gedung pemerintah dan merebut senjata dari tangan Jepang.
                 Di Padang, dibawah pimpinan Ismail Lengah membentuk organisasi Balai Penerangan Pemuda Indonesia (BPPI). Sedangkan di Bukit tinggi dibentuk Organisasi Pemuda Indonesia/Pemuda Republik Indonesia, keduanya mempelopori perebutan kekuasaan dari tangan Jepang.
                 Di Palembang, tanggal 22 Agustus Dr. A.K. Gani memprakarsai pertemuan sebagai persiapan untuk mengambil alih kekuasaan. Drg. M. Isa membentuk Komite Nasional Indonesia, Hasan Kasim dan Bambang Utoyo membentuk Penjaga Keamanan Rakyat (PKR), Mailan membentuk Barisan Pemuda Republik Indonesia.
                 Di Banjarmasin, tanggal 16 Oktober 1945, rakyat melakukan rapat umum untuk meresmikan berdirinya Pemerintah RI Daerah Kalimantan Selatan. 9 Nopember 1945 perlawanan terhadap sekutu diadakan, dengan membakar rumah penjara tempat menahan para pejuang.
                 Di Pontianak, Agustus 1945 para pemuda mantan heiho dan bogodan (pembantu polisi membentuk Badan Penjaga Keamanan.
                 Di Singaraja (Bali),  Agustus 1945 pemuda membentuk Angkatan Muda Indonesia (AMI) dan Pemuda Republik Indonesia (PRI) yang kemudian mengadakan serangan-serangan terhadap asrama militer Jepang meskipun dapat digagalkan oleh Jepang.
                 Di Gorontalo, setelah mendengar berita kekalahan Jepang, mereka langsung melakukan perebutan kekuasaan pemerintahan dari tangan Jepang,  dan ketika tentara Australia memasuki kota, mereka menolak berdamai.
                 Di Biak, tanggal 14 Maret 1948 para pemuda meyerbu kamp NICA dan tangsi Sorido (akibatnya : serbuan gagal, dua orang pemimpin ditangkap dijatuhi hukuman mati dan seumur hidup).

                 Analisa :

                 Setelah mendengar kabar tentang terbebasnya Indonesia dari rantai penjajahan Jepang, rakyat Indonesia serentak melakukan perlawanan terhadap Jepang. Hal tersebut merupakan sebuah sambutan dari rakyat Indonesia yang ingin merdeka, sambutan yang timbul dari hati nurani rakyat Indonesia yang ingin terlepas dari tipu daya Jepang yang berjanji akan memberi Kemerdekaan terhadap Indonesia yang tidak kunjung datang. Melalui berbagai saluran radio, para pejuang berusaha keras untuk menyiarkan berita kemerdekaan kepada seluruh rakyat Indonesia. Semua itu, untuk menggerakkan semua tenaga rakyat demi kemerdekaan Indonesia.
                 Saat pertama Kemerdekaan Indonesia telah diproklamasikan, Ir. Soekarno langsung memerintahkan para pemimpin pers dan kantor berita, untuk memperbanyak teks proklamasi dan menyiarkan ke seluruh dunia. Hal tersebut bertujuan untuk menggerakkan semangat rakyat Indonesia untuk berani dan bangkit melawan para penjajah untuk angkat kaki dari Indonesia. Ir. Soekarno membutuhkan tenaga dan semangat rakyat Indonesia untuk merebut semua wilayah Indonesia, dari kekuasaan jepang. Surat kabar dan radio memiliki peranan yang sangat penting, dengan alat seadanya, para penyiar radio berusaha menyampaikan pesan kemerdekaan ke seluruh rakyat Indonesia.
                          Selain dengan radio dan surat kabar, rakyat Jakarta yang dipelopori Van Aksi, membuat sebuah rapat di Lapangan IKADA dengan tujuan untuk mempertemukan pemimpin bangsa dan rakyat Indonesia. Ir. Soekarno hanya menyampaikan pidato singkat, tentang kepercayaan rakyat terhadap para pimpinan bangsa. Hal ini merupakan suatu kenyataan bahwa rakyat dengan sadar berjuang pertahankan kemerdekaan yang makin lama semakin kuat dengan suatu tekad "Merdeka atau Mati". Maka dari itu timbul berbagai macam bentuk penyerangan terhadap Jepang di berbagai daerah di Indonesia, seperti Bandung lautan api, rakyat bandunh membakar semua rumah agar tidak direbut dari tentara jepang dan perebutan kantor pemerintahan di berbagai daerah seperti Biak, Gorontalo, Banjarmasin dll

 

2)            Sambutan Rakyat Di Berbagai Daerah Tentang     Proklamasi

            Rakyat di daerah-daerah mulanya tidak percaya bahwa Indonesia telah merdeka. Namun, setelah yakin akan kebenaran berita itu, luapan kegembiraan muncul di mana-mana. Di Jawa Tengah berita Proklamasi diterima melalui radio Domei Sementara. Oleh Syarief Sulaiman dan M.S. Mintarjo berita tersebut dibawa ke gedung Hokokai yang saat itu sedang dilaksanakan sidang di bawah pimpinan Mr. Wongso Negoro. Setelah copy teks Proklamasi dibacakan, para peserta sidang bertepuk tangan penuh gembira, kemudian secara serentak mereka menyanyikan lagu Indonesia Raya. Berita Proklamasi kemudian disiarkan lewat radio Semarang. Masyarakat Jawa Tengah dengan cepat dapat menerima berita tersebut. Kemudian, pada tanggal 19 Agustus 1945, diadakan rapat raksasa untuk menguatkan pengumuman pengambilan kekuasaan di Semarang. Setelah itu, di daerah Brebes, Pekalongan, dan Tegal terjadi pemberontakan. Rakyat di tiga daerah tersebut menyerang para pamong praja dan pegawai pemerintah yang dianggap sebagai penyebab kesengsaraan rakyat.
            Di daerah-daerah luar Jawa berita Proklamasi terlambat diterima oleh rakyat. Hal ini disebabkan karena sarana komunikasi yang cukup sulit. Di Medan, berita Proklamasi dibawa oleh Teuku Moh. Hasan yang diangkat sebagai gubernur daerah Sumatera. Mendengar berita ini,  kemudian dipelopori oleh Achmad Tahir dibentuk Barisan Pemuda Indonesia. Pada tanggal 4 Oktober, mereka berusaha mengambil alih gedung-gedung pemerintahan dan merebut senjata dari tangan Jepang.
            Di daerah-daerah lain pun melakukan penyambutan yang tidak jauh berbeda, menurut kelompok kami sambutan yang dilakukan oleh masyarakat Boyolali tidak jauh berbeda dengan daerah-daerah yang lain , yaitu sebagai berikut :
a.       Mula-mula rakyat tidak percaya terhadap adanya berita Proklamasi.
b.      Luapan kegembiraan rakyat menyambut kemerdekaan Indonesia.
c.       Mengadakan rapat-rapat raksasa.
d.      Para pemuda membentuk angkatan muda Indonesia.
e.       Upaya pengambilalihan kekuasaan dari tangan Jepang.
f.       Upaya merebut gedung-gedung dan kantor pemerintahan.
g.      Merebut persenjataan dari tangan Jepang.
h.      Tekad untuk tetap mempertahankan kemerdekaan.


3)            Proklamasi adalah pernyataan suatu bangsa untuk bebas dari penjajajahan. Bangsa Indonesia telah melewati peristiwa itu setelah pada tanggal 17 Agustus 1945 memproklasikan kemerdekaan. Sejak saat itu Indonesia berdaulat sebagai negara merdeka dalam bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

https://jagoips.files.wordpress.com/2013/01/proklamasiindonesia-foto1.jpg?w=300
A. KEKALAHAN JEPANG DAN KEKOSONGAN KEKUASAAN
Perang Dunia II terjadi setelah Jepang membombardir Pearl Harbour pada 7 Desember 1941. Hancurnya Pearl Harbour, ternyata memudahkan Jepang untuk mewujudkan citacitanya, yaitu membentuk  persekemakmuran Asia Timur Raya. Daerah-daerah di Asia Timur dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia berhasil diduduki oleh Jepang. Serangan Jepang ke Indonesia (Hindia Belanda) pertama-tama terjadi 11 Januari 1942 dengan mendarat di Tarakan (Kalimantan Timur). Dalam perkembangannya, Jepang mulai mengalami kesulitan, terutama setelah Amerika Serikat menarik sebagian pasukannya dari Eropa. Kekalahan Jepang terhadap Sekutu, dengan ditanda tanganinya perjanjian Post Dam, maka secara resmi Jepang menyerahkan kekuasaan pada Sekutu. Dengan demikian di Indonesia terjadi kekosongan kekuasaan. Kesempatan ini oleh bangsa Indonesia dimanfaatkan untuk memproklamasikan kemerdekaan.
Untuk mengakhiri peperangan ini, maka pada tanggal 6 Agustus 1945 Amerika Serikat menjatuhkan bom atom yang pertama di atas kota Hirosyima. Tiga hari kemudian, tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan lagi di atas Nagasaki. Akibatnya bukan saja membawa kerugian material, karena hancurnya kedua kota tersebut dan banyaknya penduduk yang menemui ajalnya. Tetapi secara politis telah mempersulit kedudukan Kaisar Hirohito, karena harus dapat menghentikan peperangan secepatnya guna menghindari adanya korban yang lebih banyak lagi. Hal ini berarti bahwa Jepang harus secepatnya menyerah kepada Sekutu atau Serikat. Akhirnya Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945.
B. PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA
Karena terjadi kekalahan Jepang terhadap Sekutu dalam beberapa pertempuran seperti yang disebutkan diatas, maka Jepang mulai ngobral janji. Janji itu dikenal dengan janji kemereekaan. Bila bangsa Indonesia mau membantu Jepang dalam menghadapi Sekutu, maka kelak kemudian hari akan diberikan kemerdekaan. Untuk mengawalinya dibentuklah Badan yang bertugas menyiapkan segala sesuatu berkaitan dengan kemerdekaan yang dijanjikan. Pemerintah Jepang membentuk BPUPKI yang dlam perkembangannya berubah menjadi PPKI.
Tanggal 15 Agustus 1945, Jepang menyerah kepada Sekutu tanpa syarat. Hal ini diumumkan oleh Tenno Heika melalui radio. Kejadian itu jelas mengakibatkan pemerintah Jepang tidak dapat meneruskan janji atau usahanya mengenai kemerdekaan Indonesia. Soal terus atau tidaknya usaha mengenai kemerdekaan Indonesia tergantung sepenuhnya kepada para pemimpin bangsa Indonesia. Sementara itu Sutan Sjahrir sebagai seorang yang mewakili pemuda merasa gelisah karena telah mendengar melalui radio bahwa Jepang telah kalah dan memutuskan untuk menyerah pada Sekutu. Sjahrir termasuk tokoh pertama yang mendesak agar proklamasi kemerdekaan Indonesia segera dilaksanakan oleh Sukarno-Hatta tanpa harus menunggu janji Jepang. Itulah sebabnya ketika mendengar kepulangan Sukarno, Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat dari Dalat (Saigon), maka ia segera datang ke rumah Hatta dan memintanya untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, tanpa harus menunggu dari pemerintahan Jepang. Hatta tidak dapat memenuhi permintaan Sjahrir maka diajaknya ke rumah Sukarno. Namun Sukarno belum dapat menerima maksud Sjahrir dengan alasan bahwa Sukarno hanya bersedia melaksanakan proklamasi, jika telah diadakan pertemuan dengan anggota-anggota PPKI lain.
C. PERISTIWA RENGASDENGKLOK
Sikap Sukarno dan Hatta tersebut memang cukup beralasan karena jika proklamasi dilaksanakan di luar PPKI, maka Negara Indonesia Merdeka ini harus dipertahankan pada Sekutu yang akan mendarat di Indonesia dan sekaligus tentara Jepang yang ingin menjaga status quo sebelum kedatangan Sekutu. Sjahrir kemudian pergi ke Menteng Raya (markas para pemuda) bertemu dengan para pemuda seperti: Sukarni, BM Diah, Sayuti Melik dan lain-lain.
Kelompok muda menghendaki agar Sukarno-Hatta (golongan tua) segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Menurut golongan muda, tidak seharusnya para pejuang kemerdekaan Indonesia menunggu-nunggu berita resmi dari Pemerintah Pendudukan Jepang. Bangsa Indonesia harus segera mengambil inisiatifnya sendiri untuk menentukan strategi mencapai kemerdekaan. Golongan muda kemudian mengadakan rapat di salah satu ruangan Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur, Jakarta pada tanggal 15 Agustus 1945, pukul 20.30. Hadir antara lain Chaerul Saleh, Djohar Nur, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Wikana, dan Alamsyah. Rapat itu dipimpin oleh Chaerul Saleh dengan menghasilkan keputusan tuntutan-tuntutan golongan pemuda yang menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hak dan soal rakyat Indonesia sendiri. Yang mendapat kepercayaan dari teman-temanya untuk menemui Sukarno adalah Wikana dan Darwis.
https://jagoips.files.wordpress.com/2013/01/sukarnidanchaerulsaleh.png?w=320&h=202
Oleh Wikana dan Darwis, hasil keputusan itu disampaikan kepada Sukarno jam 22.30 di kediamannya, Jalan Pegangsaan Timur, No 56 Jakarta. Namun sampai saat itu Sukarno belum bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa PPKI. Di sini terjadi perdebatan sengit antara Sukarno dengan Wikana dan Darwis. Dalam perdebatan itu Wikana menuntut agar proklamasi dikumandangkan oleh Sukarno pada keesokan harinya.
https://jagoips.files.wordpress.com/2013/01/wikana.png?w=320&h=175
Peristiwa ini menunjukkan adanya ketegangan antara kelompok tua dengan kelompok muda yang memiliki sifat, karakter, cara bergerak, dan dunianya sendiri-sendiri. Perbedaan pendapat itu tidak hanya berhenti pada adu argumentasi, tetapi sudah mengarah pada tindakan pemaksaan dari golongan muda. Tentu saja semua itu demi kemerdekaan Indonesia.
 https://jagoips.files.wordpress.com/2013/01/laks-maedadansayutimelik.png?w=320&h=198
Para pemuda itu kembali mengadakan pertemuan dan membahas tindakan-tindakan yang akan dibuat sehubungan dengan penolakan Soekarno-Hatta. Pertemuan ini masih dipimpin oleh Chaerul Saleh yang tetap pada pendiriannya bahwa kemerdekaan harus tetap diumumkan dan itu harus dilaksankaan oleh bangsa Indonesia sendiri, tidak seperti yang direncanakan oleh Jepang. Orang yang dianggap paling tepat untuk melaksanakan itu adalah Soekarno-Hatta. Karena mereka menolak usul pemuda itu, pemuda memutuskan untuk membawa mereka ke luar kota yaitu Rengasdengklok, letaknya yang terpencil yakni 15 km ke arah jalan raya Jakarta-Cirebon. Menurut jalan pemikiran pemuda jika Soekarno-Hatta masih berada di Jakarta maka kedua tokoh ini akan dipengaruhi dan ditekan oleh Jepang serta menghalanginya untuk memproklamirkan kemerdekaan ini dilakukan.
Pemilihan Rengasdengkolk sebagai tempat pengamanan Soekarno-Hatta, didasarkan pada perhitungan militer. Antara anggota Peta Daidan Purwakarta dan Daidan Jakarta terdapat hubungan erat sejak mereka mengadakan latihan bersama. Secara geografis, Rengasdengklok letaknya terpencil. Dengan demikian akan dapat dilakukan deteksi dengan mudah terhadap setiap gerakan tentara Jepang yang hendak datang ke Rengasdengklok, baik yang datang dari arah Jakarta, maupun dari arah Bandung atau Jawa Tengah. Tujuan penculikan kedua tokoh ini selain untuk mengamankan mereka dari pengaruh Jepang, juga agar keduanya mau segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia terlepas dari segala ikatan dengan Jepang. Pada dasarnya Soekarno dan Hatta tidak mau ditekan oleh anak-anak muda itu, sehingga mereka tidak mau memproklamirkan kemerdekaan. Dalam suatu pembicaraan dengan Shodanco Singgih, Soekarno memang menyatakan kesediannya untuk mengadakan proklamasi segera setelah kembali ke Jakarta. Melihat sikap Soekarno ini, maka para pemuda berdasarkan rapatnya yang terakhir pada pukul 00.30 waktu Jawa jaman Jepang (24.00 WIB) tanggal 16 Agustus 1945 terdapat
keputusan akan menghadakan penculikan terhadap Soekarno dan Hatta dalam rangka upaya pengamanan supaya tidak terpengaruh dari segala siasat Jepang. Pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.30 (waktu Jepang) atau pukul 04.00 WIB penculikan (menurut golongan tua) dilaksanakan. Tidak diketahui secara jelas siapakah yang memulai peristiwa ini. Ada yang mengatakan Sukarni-lah yang membawa Soekarno-Hatta dini hari ke Rengasdengklok. Menurut Soekarno Sjahrir-lah yang menjadi pemimpin penculikan dirinya dengan Hoh. Hatta.
Walaupun sudah diamankan ke Rengasdengklok, Soekarno-Hatta masih tetap dengan pendiriannya. Sikap teguh Soekarno-Hatta itu antara lain karena mereka belum percaya akan berita yang diberikan oleh pemuda serta berita resmi dari Jepang sendiri belum diperoleh. Seorang utusan pemuda yang bernama Yusuf Kunto dikirim ke Jakarta untuk melaporkan sikap Soekarno-Hatta dan sekaligus untuk mengetahui persiapan perebutan kekuasaan yang dipersiapkan pemuda di Jakarta.
Achmad Subardjo datang ke Rengasdengklok dan berhasil menyakinkan para pemuda bahwa proklamasi pasti akan diucapkan keesokan harinya pada tanggal 17 Agustus 1945. Sehingga pada tangal 16 Agustus 1945 malam hari Soekarno-Hatta dibawa kembali ke Jakarta. Sementara itu di Jakarta telah terjadi kesepakatan antara golongan tua, yakni Achmad Soebardjo dengan Wikana dari golongan muda untuk mengadakan proklamasi di Jakarta.
Laksamana Muda Maeda bersedia untuk menjamin keselamatan mereka selama berada di rumahnya. Berdasarkan kesepakatan itu Jusuf Kunto dari pihak pemuda dan Soebardjo yang diikuti oleh sekretaris pribadinya mbah Diro (Sudiro) menuju Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno. Semua ini dilakukan tidak lepas dari rasa prihatin sebagai orang Indonesia, sehingga terpanggil untuk menghusahakan agar proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat dilaksanakan secepat mungkin.
Namun sebelumnya perlu mempertemukan perbedaan pendapat antara golongan tua dan muda. Untuk itu maka Soekarno dan Hoh. Hatta harus terlebih dahulu kembali dari Rengasdengklok ke Jakarta. Rombongan yang terdiri dari Achmad Soebardjo, Sudiro dan Yusuf Kunto segera berangkat menuju Rengasdengklok, tempat dimana Soekarno dan Moh.Hatta diamankan oleh pemuda. Rombongan tiba di Rengasdengklok pada jam 19.30 (waktu Tokyo) atau 18.00 (waktu Jawa Jepang) atau pukul 17.30 WIB dan bermaksud untuk menjemput dan segeramembawa Seoekarno-Hatta pulang ke Jakarta. Perlu ditambahkan juga, disamping Soekarno dan Hatta ikut serta pula Fatmawati dan Guntur Soekarno Putra. Peranan Achmad Subardjo sangat penting dalam peristiwa ini, karena mampu mempercayakan para pemuda, bahwa proklamasi akan dilaksanakan keesokan harinya paling lambat pukul 12.00 WIB. Ini dapat dikabulkan dengan jaminan nyawanya sebagai taruhannya. Akhirnya Subeno komandan kompi Peta setempat bersedia melepaskan Soekarno-Hatta ke Jakarta. Achmad Subardjo adalah seorang yang dekat dengan golongan tua maupun muda,bahkan dia juga sebagai penghubung dengan pemuka angkatan laut Jepang Laksamana Madya Maeda. Dan melalui dia, Maeda menawarkan rumahnya sebagai tempat yang amandan terlindung untuk menyusun naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik yang sudah lama ditunggu-tunggu.
Film Peristiwa Rengasdengklok
D. PENYUSUNAN TEKS PROKLAMASI
https://jagoips.files.wordpress.com/2013/01/ruangrapatjl-imambonjol1jakarta.png?w=320&h=244
Bertitik tolak dari keadaan yang demikian, kedudukan Maeda baik secara resmi maupun pribadi menjadi sangat penting. Dan justru dalam saat-saat yang genting itu, Maeda telah menunjukkan kebesaran moralnya. Berdasarkan keyakinan bahwa kemerdekaan merupakan aspirasi alamiah dan yang tidak terhindarkan dukungannya kepada tujuan kebebasan Indonesia. Di tempat kediaman Maeda Jalan Imam Bonjol No.1 Jakarta teks prokamasi ditulis. Kalimat yang pertama yang berbunyi “Kami rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan kami” kemudian berubah menjadi “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia” berasal dari Achmad Subardjo. Kalimat kedua oleh Soekarno yang berbunyi “Halhal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain akan diselenggarakan dengan cara yang secermat-cermatnya serta dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”. Kedua kalimat ini kemudian digabung dan disempurnakan oleh Moh. Hatta sehingga berbunyi seperti teks proklamasi yang kita miliki sekarang.Sekarang timbullah masalah siapakah yang akan menandatangani naskah proklamasi. Soekarno menyarankan agar semua yang hadir menandatangai naskah proklamasi itu selaku “Wakil-wakil Bangsa Indonesia”. Saran itu mendapat tantangan daripara pemuda. Kemudian Sukarni selaku salah seorang pimpinan pemuda mengusulkan, agar Soekarno-Hatta menandatangani atas nama bangsa Indonesia. Usul ini diterima dengan suara bulat. Selanjutnya Soekarno minta kepada Sayuti Melik untuk mengetik naskah tulisan tangan tersebut.
E. PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA
Sebelum teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan, terlebih dahulu Soekarno menyampaikan pidatonya, lengkapnya sebagai berikut:
Saudara-saudara sekalian !
Saja sudah minta saudara-saudara hadlir disini untuk menjaksikan satu peristiwa maha penting dalam sejarah kita. Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia telah berdjoang untuk kemerdekaan tanah air kita. Bahkan telah beratus-ratus tahun ! Gelombangnja aksi kita untuk mentjapai kemerdekaan kita itu ada naik dan ada turunnya, tetapi djiwa kita tetap menudju kearah tjita-tjita.
Djuga di dalam djaman Djepang, usaha kita untuk mentjapai kemerdekaan nasional tidak henti-henti. Didalam djaman Djepang ini, tampaknja sadja kita menjandarkan diri kepada mereka. Tetapi pada hakekatnya, tetap kita menjusun tenaga kita sendiri, tetap kita pertjaja kepada kekuatan sendiri.
Sekarang tibalah saatnja kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air di dalam tangan kita sendiri. Hanja bangsa jang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri akan dapat berdiri dengan kuatnja. Maka kami, tadi malam telah mengadakan musjawarat dengan pemuka-pemuka rakjat Indonesia, dari seluruh Indonesia. Permusjawaratan itu seia-sekata berpendapat, bahwa sekaranglah datang saatnja untuk menjatakan kemerdekaan kita.
Saudara-saudara ! Dengan ini kami njatakan kebulatan tekad itu. Dengarlah proklamasi
kami:
https://jagoips.files.wordpress.com/2013/01/pdatoproklamasibungkarno.png?w=186
Ada tiga perubahan yang terdapat pada naskah yaitu kata tempoh diganti menjadi tempo, sedangkan wakil-wakil bangsa Indonesia diganti dengan Atas nama Bangsa Indonesia dan Djakarta 17-8-05 menjadi Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05. Teks Proklamasi ini akhirnya diproklamirkan pada hari Jumat Legi pada pukul 10.00 WIB di Jalan pegangsaan Timur No.56 Jakarta. Dalam peristiwa proklamasi itu, disusunlah acara sebagai berikut:
1.       Pembacaan Proklamasi.
Disampaikan oleh Soekarno, kemudian dilanjutkan dengan pidato singkat berbunyi:Demikianlah, saudara-saudara !
Kita sekarang telah merdeka!
Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah-air kita bangsa kita!
Mulai saat ini kita menyusun Negara kita! Negara Merdeka, Negara Republik
Indonesia, medeka kekal dan abadi.
Insya allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu!
2.       Pengibaran bendera Merah Putih.
Pengibaran dilaksanakan oleh Suhud dan Latief Hendradiningrat. Namun secara spontan peserta menyanyikan lagu Indonesia Raya, sehingga sampai sekarang pengibaran bendera Merah Putih dalam setiap upacara bendera selalu diiringi dengan lagu Kebangsaan Indonesia Raya.
3.       Sambutan Wali Kota Suwirjo dan dr. Muwardi.
Peristiwa besar tersebut hanya berlangsung lebih kurang satu jam lamanya. Namun demikian pengaruhnya besar sekali, sebab perstiwa tersebut telah membawa perubahan yang luar biasa dalam kehidupan bangsa Indonesia. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia itu bukan hanya sebagai tanda bahwa sejak itu bangsa Indonesia telah merdeka, tetapi di sisi lain juga merupan detik penjebolan tertib hukum kolonial dan sekaligus detik pembangunan bagi tertib hukum nasional, suatu tertib hukum Indonesia. Proklamasi kemerdekaan itu merupakan salah satu sarana untuk merealisasikan masyarakat Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur, serta untuk ikut membentuk “dunia baru” yang damai dan abadi, bebas dari segala penghisapan manusia oleh manusia dan bangsa oleh bangsa lain.
https://jagoips.files.wordpress.com/2013/01/pdatoproklamasibungkarno1.png?w=320&h=210
F. DUKUNGAN DAERAH TERHADAP PEMBENTUKAN NEGARA DAN PEMERINTAHAN REPUBLIK INDONESIA.
Proklamasi Kemerdekaan telah dibentuk negara Republik Indonesia. Ada beberapa langkah yang dilakukan oleh PPKI dalam rangka untuk menyempurnakan Indonesia sebagai negara dengan pemerintahan yang sah yaitu:
Pertama, pada tanggal 18 Agustus 1945
1). Mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang dasar Republik Indonesia yang kemudian dikenal sebagai Undang-Undang Dasar 1945.
2). Memilih Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden.
3). Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai lembaga legislatifnya.

Kedua, tanggal 19 Agustus 1945
1). Pembagian wilayah Indonesia menjadi, terdiri atas 8 propinsi yaitu; Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Borneo (Kalimantan), Sulawesi, Maluku, Sunda Kecil, dan Sumatra.
2). Pembentukan Komite Nasional Indonesia di daerah.
3). Membentuk 13 kementrian yaitu; Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri, Departemen Kehakiman, Departemen Keuangan, Departemen Kemakmuran, Departemen Kesehatan, Departemen Pengajaran,Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Sosial, Departemen Pertahanan, Departemen Perhubungan, dan Departemen Pekerjaan Umum.
Ketiga, tanggal 22 Agustus 1945
1). Pembentukan Komite Nasional.
2). Pembentukan Partai nasional Indonesia,dan
3). Pembentukan Badan Keamanan Rakyat.
Kemerdekaan yang diproklamirkan tersebut ternyata mendapat sambutan yang luar biasa dari daerah-daerah. Respon penting yang perlu mendapat perhatian adalah dari Yogyakarta. Pada tanggal 5 September 1945 Sri Sultan Hamengku Buwono IX menyatakan Negeri Ngayogyokarto Hadidingrat yang bersifat kerajaan sebagai Daerah Istimewa dalam Negera Republik Indonesia. Penyambutan kemerdekaan terus terjadi, pada tanggal 19 September 1945 terjadi dua peristiwa penting di tanah air secara bersamaan. Di Surabaya terjadi peristiwa yang dikenal dengan nama Insiden Bendera di Hotel Oranye yaitu perobekan bendera tiga warna
(merah, putih, dan biru) milik Belanda menjadi dua warna (merah putih). Di Jakarta terjadi rapat raksasa di Lapangan IKADA (Ikatan Atletik Djakarta) untuk menyambut Proklamasi Kemerdekaan . Untuk menghindari terjadinya pertumpahan darah, maka Presiden Soekarno berkata;
”Percayalah rakyat kepada pemerintah Republik Indonesia. Kalau memang saudara-saudara percaya kepada pemerintah Republik yang akan mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan itu, walaupun dada kami akan dirobek-robek, kami tetap akan mempertahankan. Maka berilah kepercayaan itu kepada kami dengan cara tunduk kepada perintah-perintah dan tunduk kepada disiplin”.

Di Yogyakarta, perebutan kekuasaan secara serentak dimulai tanggal 26 September 1945. Sejak pagi semua pegawai instansi pemerintahan dan perusahaan-perusahaan yang dikuasai oleh Jepang mengadakan aksi pemogokan. Mereka memaksa orang-orang Jepang agar menyerahkan kantormereka kepada orang Indonesia.


Sumber :


Anggota Kelompok :

Umi Salamah A (31)
Wahyu Dwi Prakoso (32)
Wida Nur Aini (33)



0 komentar:

Posting Komentar